Dipersimpangan Jalan Hatiku Tergugah

Dipersimpangan Jalan Hatiku TergugahTidak tahu harus memulai darimana, saya hanya ingin berbagi cerita tentang potret kehidupan saat ini, apakah Pendidikan di Indonesia sudah berhasil membawa Rakyatnya menuju hidup yang sejahtera?

Kemarin sore ketika saya dalam perjalanan pulang ke kos, saat itu tepat jam 6 Sore di sebuah perempatan jalan di daerah sekitar Yogyakarta, saya dan kedua Sahabat saya, bertemu sepasang kakek dan nenek pemulung yang sedang membawa gerobak penuh dengan tumpukan Kardus. Si kakek menarik gerobaknya dan sang nenek duduk di atas gerobak. Sesaat hati merenung, ada perasaan iba pada mereka. Orang setua itu, harusnya mereka duduk tenang di temani anak Cucu mereka, bukan bekerja sekeras itu.

Sejenak terlintas dalam fikiran saya, apakah ini potret kehidupan Indonesia,? Bukannya seharusnya negara melindungi dan mensejahterakan warganya? Tetapi kenapa masih ada warga negaranya yang hidup seperti itu? Kemana peran pemerintah? Apakah itu kemauan mereka untuk hidup seperti itu? Saya rasa tidak.

manusia mana yang mau hidup seperti itu? Bekerja siang malam dan tidak punya tempat untuk beristirahat barang sejenak. Pasti di dalam hati nurani, mereka juga ingin hidup layak seperti orang-orang lain yang hidup berkecukupan.

Hanya saja, mereka tidak mampu dan tidak punya kekuatan untuk mewujudkannya. Karena terlalu banyak syarat yang harus mereka miliki untuk mewujudkan hidup yang semacam itu. Salah satunya adalah harus memiliki pendidikan yang tinggi. Dengan pendidikan yang tinggi mereka bisa menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki upah cukup besar sekitar 3 juta sampai 5 juta perbulannya, sehingga mereka bisa mendapatkan kehidupan yang layak.

Maka dari itu, banyak sebagian besar dari warga Indonesia yang ingin menjadi PNS agar mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Namun, lagi-lagi banyak juga sebagian dari mereka yang tidak memiliki syarat untuk mendapat kehidupan yang layak tersebut.

Lihat saja realita sekarang, seseorang yang tidak berpendidikan sampai dengan Sarjana Strata Satu (S1) tidak boleh mendaftar menjadi PNS. Mereka yang berijazah SMA hanya boleh menjadi buruh atau karyawan saja dengan upah yang minim.

Sepertinya Hidup yang layak hanya boleh di dapatkan oleh orang-orang yang berpendidikan saja. Yaahh memang pendidikan itu penting dan bahkan bisa menjadi sangat-sangat penting. Namun bagaimana jika pendidikan itu juga dibatasi oleh uang? Bagaimana dengan orang-orang yang bernasib sama seperti kakek dan nenek pemulung tadi? Apakah anak cucu mereka bisa mendapat pendidikan yang layak? Sedangkan mereka tidak memiliki cukup biaya?

Inilah realita yang terjadi di Indonesia, masih banyak manusia yang hidup kurang layak karena sistem yang di berlakukan tidak memihak kepada mereka.

Banyak Institusi-Institusi Pendidikan yang menarik tarif lumayan besar untuk biaya pendidikan. padahal seharusnya para penyelenggara pendidikan membantu untuk mewujudkan cita-cita bangsa, seperti yang tercantum dalam UUD Alinea ke-4 yakni “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Selain itu, juga mereka punya peran penting di dalam mensejahterakan Rakyat Indonesia.

Seharusnya mereka memberikan Akses Pendidikan yang mudah untuk setiap warga Negara Indonesia, sebagai bekal menuju hidup yang sejahtera. Bukan malah mempersulit akses mereka. Sekian, selamat merenung. (Adah)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dipersimpangan Jalan Hatiku Tergugah"

Post a Comment

Terima kasih telah mengunjugi blog saya, silakan tinggalkan komentar.