Akhir Zaman Yang Tak Aman
Segalanya bisa berubah demikian cepat. Waktu memang pembunuh paling kejam yang pernah Tuhan ciptakan di alam raya ini. Hampir dari seluruh yang hilang dan mucul tiba-tiba di bumi ini tak pernah lepas dari peran waktu.
Segala yang pada mulanya begitu familiar dulunya, dengan seketika bisa berubah begitu saja. Begitu pun dengan kota ini. Awal mula yang seolah tak pernah hendak menuju akhir dari cerita kehidupan, apa yang terjadi kini sudah jauh lebih meningkat menerut semua orang. Tapi bagiku justru tidak demikian adanya.
Waktu membunuh semua yang pernah terjadi pada diriku. Waktu tak memberiku ruang sedikit pun menjamah masa silam yang dengan mudahnya bisa kugenggam.
Selain dari kenangan yang mungkin masih terus menghiasi malam-siangku, aku merasa perubahan keadaan dengan segala kemewahannya justru menunjukkan betapa manusia akhir-akhir ini menjadi lebih lemah, rapuh, dan tak berdaya sama sekali.
Keadaan yang seharusnya dibiarkan sebagaimana adanya, malah diganti dengan bangunan-bangunan tempat berbagai jenis transaksi bisnis biasa terjadi. Lalu, bagaimana dengan spanduk yang berdiri menantang angin, hujan, panas, di jalan-jalan yang berkoar tentang lingkungan hidup itu? Masih layakkah dibiarkan tegak?
Padahal, kita semua sudah sama mengerti bahwa apa yang terjadi berkaitan pembangunan dan sejenisnya adalah diri kita sendiri yang mengatur dan menentukannya?
Herannya, sudah semakin banyak pencemaran lingkungan akibat dari ketidak berdayaan menghalau waktu beranjak lebih jauh, manusia belakangan ini seolah biasa saja. Tak ada yang perlu di khawatirkan, seluruhnya masih berjalan sesuai rencana.
Toh, kalau sampah menumpuk kan masih ada tukang sampah yang biasa membersihkannya.
Ide gila macam itu di waktu belakangan ini sudah biasa terjadi kalangan masyarakat kita. Sikap apatis telah menunjukkan bukti bahwa waktu hanya mengajari kita untuk menjadi bangsa yang bisa berbahasa, bangsa yang hanya bisa mengerutkan dahi, dan tidak bisa bertingkah.
Membuat pola yang berseberangan dengan berjalannya waktu, dan sedikit mengikuti ajaran tetua tentang memperlakukan hidup, lingkungan dengan baik di masa lalu.
Ah, tentu apa yang saya tulis ini hanya kegilaan dan tidak mungkin ada yang tertarik untuk bersama-sama membudayakan kebiasaan hidup yang lampau di tengah-tengah pergolakan zaman. Jika pun ada, orang itu adalah kegilaan lain yang perlu perhatian khusus !
Di waktu yang ini, zaman telah sungguh berubah lebih buruk dari sebelumnya. Padahal, perkembangan teknologi, sains, dan sebagainya lebih dari sebelumnya. Lalu apa yang menyebabkan manusia saat ini lebih biadab dari manusia zaman dulu.
Kalau sebelumnya orang membunuh atas dasar kehormatan yang terinjak, hari ini orang bisa membunuh manusia lainnya hanya karena sepotong roti, dan sejengkal tanah. Padahal sudah jelas, pengetahuan lebih maju dari sebelumnya.
Waktu sungguh biadab sekali. Segala yang pada mulanya indah dan nyaman didiami, kini tak lagi seperti itu. Bumi yang mulai renta dengan polusi, sungai yang tersumbat sampah, laut yang tak lagi biru, bangunan yang menutupi senja, dan hal lain yang tak kalah berbahaya bagi stabilitas lingkungan hidup.
Maka, hal yang paling memungkinkan dari semua perilaku yang tidak menunjukkan kebaikan itu akan berimbas buruk bagi keberlangsungan hidup manusia di bumi. Sungguh!
More Post : Dimas Kanjeng dan Ekonomi Indonesia
0 Response to "Akhir Zaman Yang Tak Aman"
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjugi blog saya, silakan tinggalkan komentar.