Kritik Pendidikan "Seminar dan Kongres ke-2 Asosiasi Mahasiswa Dakwah Indonesia"
Sudah kita pahami bersama, selain mengemban tanggung jawab moral terhadap orang tua mahasiwa juga mempuinyai tanggunng jawab intelektual untuk memberikan suatu perubahan dalam masyarakat. Tanggumg jawab moral yang diperuntukan untuk orang tua biasanya hanya bersifat formalitas semata, dengan memperlihatkan ijazah kelulusan maka tanggung jawab itupun sudah gugur, namun ketika kita bicara tanggung Jawab Intelektual maka tanggung jawab yang diemban bisa sampai akhir hayat untuk selalu dilaksanakan, selama masih ada keterbelakangan, kebodohan, serta sistem yang tidak berpihak terhadap rakyat maka tidak akan berakhir tanggung jawab moral tersebut.
Memahami akan tanggung Jawab Intelektual tersebutlah, pada tanggal 13 sampai dengan tanggal 17 mei 2015 Asosiasi mahasiswa dakwah Indonesia mengadakan serangkaian kegiatan Seminar dengan Tema New Style Of Dakwah serta Kongres Asosiasi Mahasiswa Dakwah Indonesia yang diselenggarakan di bumi Raflesia Bengkulu. Adapun beberapa isi dari serangkaian kegiatan tersebut adalah:
a. Seminar
Adapun seminar dengan tema New Style
Of Dakwah ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 13 Mei 2015, Titik tekan
fokus kegiatan seminar yang diadakan IAIN Bengkulu yaitu mahasiswa sebagai
objek yang diberikan tanggung jawab intelektual haruslah terjun langsung ke
lapangan (Kualitatif), ia harus memberikan atau mendiasporakan dasar
pengetahuannya terhadap masyarakat untuk mencapai kesejahteraan baik dalam
tatanan Mikro, Mezo dan Makro.
Selain itu, dengan melihat kondisi
masyarakat hari ini yang mulai terjerumus dalam persoalan konflik beragama
merebut hak, merebut ekonomi orang lain, serta saling menindas antar sesama
dengan mengatasnamakan agama, dengan itu maka pada seminar tersebut, diupayakan
agar mahasiswa menjadi pelurus diataka keterbelokan pengetahuan tersebut.
Dengan cara melalui pintu masuk menyebarkan syarian agama islam dikalangan
masyarakat yang masih mempunyai keterbelakangan pengetahuan, dengan maksud
tersebutlah mahasiswa dijadikan subjek pemantik dikalangan masyarakat dengan
menggunakan pendekatan menjadi Da’i atau Da’iyah agar nantinya diharapkan
konstruk berfikir masyarakat tidak menjadi pragmatis.
b. Kongres Amdin Ke-2
Kongres Amdin kedua dilaksanakan pada
hari jum’at sampai dengan sabtu pada tanggal 14-16 mei 2015, adapun isi pokok
pembacaan mengenaimpersoalan yang ada dimasyarakat, peserta Amdin lebih menarik
diri untuk mengkaji Ekonomi Politik
mengenai fungsi negara terhadap kesejahteraan rakyat.
Sudah tidak bisa dipungkiri lagi,
kekuatan kapitalisme yang berwujud sebagai korporasi-korporasi disuatu negara
sudah menjadi malaikat izroil yang ditakuti oleh semua orang bahkan sistem
pemerintahan negara, angkatan laut, udara dan bahkan lembaga pendidikan
dijadikan suatu Suprastruktur untuk melenggengkan kekuasaan Korporasi dalam Mengeksploitasi sumber kekayaan suatu negara yang hanya diperuntunkan atas
kepentingan kelompok atau individu semata. Kita lihat hari ini negara dijadikan
boneka dengan sistem kebijakan yang dibuathanya berpihak kepada korporasi
semata, dengan membuat kebijakan bersama antar negara yang terwujud dalam MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) akan sangat
mempengaruhi kebudayaan asli Indonesia nantinya apalagi bangsa Indonesia
dituntut untuk saling bersaing antara negara satu dan negara lainya.
Dalam segi pertahanan, lembaga
keamanan dijadikan alat untuk melegalkan keberlangsungan kekuasaan korporasi,
jelas ketika mahasiswa memberikan suatu kritik terhadap negara, lembaga
pertahananlah yang berdiri dibaris terdepan untuk menghalangi mahasiswa.
Adapun yang lebih parah lagi yaitu
dalam lembaga penddikan hari ini, dimana corikulum sudah dipesan terlebih
dahulu dengan konsepsi atas
kebutuhan dari korporasi bukan kepentingan akan menusia yang harus mengenal ia sebagai
manusia untuk memahami realitas disekitarnya, jadi tidak bisa lagi serta merta
kita menyalahkan salah satu pihak saja
di lembaga pemerintaham kita ini, karena semenjak awal konsepsi dari
pendidikan kita yang ada diIndonesia sudah salah dari awal.
Adapun rekomenasi peserta kongres
terhadap pemerintah negara Indonesia yaitu:
1. Menolak dengan keras segala bentuk Liberalisasi Pendidikan
2. Wujudkan independensi negara sabagai
tangan panjang mewujudkan Kesejahteraan Rrakyat
3. Membuat sistem agar masyarakat mencintai Produk Lokalnya sendiri
4. Berikan kebebasan mimbar mahasiswa
disetiap kampus, dalam mengawal Kebijakan Birokrasi.
5. Manusiakan Mahasiswa, jangan
dijadikan sapi perah untuk diternak.
6. Hapus segala bentuk Diskriminasi yang
mengatasnamakan agama
c. Jelajah Wisata
Pada hari akhir dari seminar dan
kongres Amdin pada tanggal 17 Mei 2015 kami diajak oleh panitia pelaksana untuk
mengenak wisata yang ada di Bengkulu, mulai dari melihat sejarah masjid agung
yang ada diBengkulu, Wisata Tapak
Padri yang disana terdapat Benteng
peningalan Inggris pada tahun 1878 srta ke wisata pantai panjang yang
menjadi aikon kota bengkulu, dan juga ketika kita mau diajak melihat bungga
raflesia yang menjadi simbol bengkulu, kami terkendala oleh waktu serta belum
adanya kejelasan bunga raflesia sudah mekar apa belum sehingga panitia
mengurungkan jelajah wisata untuk melihat bunga tersebut.
0 Response to "Kritik Pendidikan "Seminar dan Kongres ke-2 Asosiasi Mahasiswa Dakwah Indonesia""
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjugi blog saya, silakan tinggalkan komentar.