Pola Rekrutmen Mahasiswa Baru Sabagai Ladang Bisnis Pendidikan
Tahun ajaran baru sudah tiba, calon
mahasiswapun mulai menyibukkan diri untuk berlomba-lomba masuk di Universitas
yang diinginkannya. Kita lihat saja pada tanggal 9 Mei 2015 yang lalu sudah
dibukanya jalur pendaftaran Seleksi Bersama Masuk Perguruan tinggi Negeri atau
lebih dikenal dengan SBMPTN. Selain itu,
ada beberapa jalur pendaftaran yang lain diantaranya mulai dari jalur: SNMPTN,
SBMPTN, SPAN-PTKIN, UMPTKIN, Santri Berprestasi dan Jalur Reguler.
Dengan demikian, apabila setiap jalur
pendaftaran, ada tiga ribu (3000) pendaftar saja setiap jalur, dan jika kita
kalikan dengan jumlah pendaftar dari semua jalur, maka kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa setiap tahun calon mahasiswa yang mendaftar di setiap perguruan tinggi
berkisar sampai delepan belas ribu (18.000) calon mahasiswa. Dilihat dari
analisis data sederhana saja sudah sangat banyak para calon mahasiswa yang
berminat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan perguruan tinggi.
Namun, coba kita lihat realitas
rekrutmen calon mahasiswa hari ini, bahwa ada asumsi kerancuan dalam tata cara
merekrut calon mahasiswa, apakah kerancuan
itu?. Jika setiap perguruan tinggi
Negeri hanya membuka kuota 3.000 (tiga ribu) pertahunya dengan jumlah mahasiswa
yang mendaftar sampai dengan 18.000 (delapan belas ribu) maka ada nalar
berfikir yang tidak bisa diterima oleh akal sehat kita, mengapa sampai membuka delapan
belas ribu pendaftar padahal yang diterima nantinya hanya berkisar 3.000 (tiga
ribu) mahasiswa.
Baiklah, mungkin nalar berfikir pihak
birokrasi kampus melakukan rekrutmen calon mahasiswa sampai dengan 18.000 (delapan
belas ribu) ialah untuk melakukan penyortiran pada mahasiswa dengan melihat
kualitas pengetahuan berupa seleksi penerimaan mahasiswa baru. Akan tetapi,
jika kita berfikir lebih kritis, bila memahami arti dari pendidikan maka tidak
diperbolehkanya untuk membatasi manusia yang ingin berproses mendapatkan
pendidikan, karena ketika sudah ada targetan Universitas 3.000 (tiga ribu)
pertahun dalam menerima mahasiswa baru, kenapa tidak membatasi sampai 3.000 (tiga
ribu) saja,? tidak sampai 18.000 (delapan belas ribu) pendaftar, sebab hak
manusia untuk mendapatkan pendidikan, masa universitas hanya memberikan proses
pada mereka yang cerdas-cerdas atau pintar-pintar saja, sedangkan yang
mempunyai pengetahuan menengah kebawah tidak diberikan proses pendidikan.
Ada apa dengan proses Rekrutmen Perguruan tinggi,,?
Kita tidak bisa memungkiri bahwa saat
mahasiswa mendaftar untuk masuk ke Perguruan tingggi Negeri mereka dikenakan tarif
biaya administrasi, seperti contoh di UIN Sunan kalijaga Yogyakarta, untuk
jalur pendaftaran Reguler saja para calon mahasiswa dikenakan uang administrasi
sebesar Rp. 200.000 (dua ratus ribu rupiah) per-orang. jika kita kalikan biaya administrasi
tersebut dengan jumlah pendaftar yang mencapai 18.000 orang tadi, dapat kita Tarik
kesimpulan jumlah keseluruhan biaya yang didapat oleh pihak Universitas
mencapai Rp.3.600.000.000 (tiga koma enam Miliyar Rupiah).
Nah.. apakah ini yang menjadi
motivasi pihak kampus untuk membuka kuota pendaftaran sampai 18.000 calon
mahasiswa,? Agar mendapatkan Uang sebesar Rp. 3.600.000.000 (tiga koma enam
miliyar Rupiah) tadi? Jika memang benar demikian , maka bisa di asumsikan kalau
proses rekrutmen tersebut dijadikan sebagai ladang bisnis untuk memenuhi
kebutuhan pribadi maupun kelompok semata.
Ironis sekali, bila hal tersebut
memang benar adanya, kampus yang seharusnya menjadi Suprastruktur untuk mencerdaskan anak bangsa seperti amanat Undang-Undang Dasar kita yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa yang oleh Suprastruktur
tersebut tidak dijalankan sebagaimana mestinya.
Realitas setiap tahunnya kegiatan Rekrutmen memang sudah seperti jual-beli
barang saja. Jika barang itu berkualitas maka di beli, dan jika barang tersebut tidak berkualitas maka tidak dibeli
ya itulah realitas pendidikan kita hari ini.
Ketika manusia mempunyai harapan agar
dapat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi seharusnya Lembaga Pendidikan tidak memutus harapan tersebut. Karena harapan
adalah keinginan yang utuh untuk menjadi manusia yang sebenarnya. Bukan malah mendzolimi manusia dengan tidak memanusiakan
manusia. Harapan inilah yang juga di amanatkan oleh Ir. Sukarno kepada kita
selaku penerus generasinya. Dan harapan dari penulis agar adanya Reformasi merombak segala Sistem Rekrutmen mahasiswa hari ini.
Wallahhualam Bisowab
0 Response to "Pola Rekrutmen Mahasiswa Baru Sabagai Ladang Bisnis Pendidikan"
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjugi blog saya, silakan tinggalkan komentar.