Ijazah Bukanlah Ukuran dalam Menilai Tingkat Pengetahuan Seseorang
Pagi....! Sahabat, tak pernah lelah untuk memainkan jari tangan ini, untuk menjadi sebuah Tulisan-Tulisan kecil yang harapanya menjadi bahan untuk kita diskusikan. Langsung saja yaaa,,,,!
Ijazah Bukanlah Ukuran dalam Menilai Tingkat Pengetahuan Seseorang. Dasar pembentuk manusia bertindak ialah seberapa besar pengetahuan atau pendidikan yang sudah ia dapatkan, baik secara Formal maupun Informal.
Pendidikan secara formal biasanya didapatkan di lembaga pendidikan yang memang sudah dibuat oleh pemerintah maupun swasta, semisal Taman Kanak- Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menenggah Pertama (SMP), Sekolah Menenggah Atas (SMA), serta Universitas. Dan pendidikan Informal biasanya kita dapatkan dari pergolakan dinamika kehidupan yang kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan membawa manusia pada Gerbang Kebahagian yang tinggi, oleh karena Pengetahuan yang ada pada dirinya, menjadi sebuah alat yang digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan yang dialami dalam kehidupan, maka tidak jarang kita melihat banyak orang-orang yang rela menghabiskan waktu untuk sekedar mendapatkan pendidikan.
Akan tetapi, ada persoalan yang tanpa kita sadari, memberikan Konstruk Berfikir yang kurang tepat dalam memahami hakikat pendidikan itu sendiri, apakah konstruk berfikir yang kurang tepat tersebut?
Kita bersama sudah memahami betul, terkadang tinggi serta banyaknya pengetahuan yang didapatkan seseorang cukup hanya dibuktikan dengan selembar kertas yang dimanakan Ijazah, semakin tinggi nilai akhir dari ijazah tersebut, maka semakin tinggi juga tingkat pengetahuan yang ia dapatkan.
Dan parahnya lagi, Mayoritas Masyarakat kita mengamini hal tersebut, lihat saja, ketika seseorang yang mempunyai ijazah lulusan dari Universitas, maka ia akan sedikit dihormati dibandingkan mereka yang tidak lulus bahkan tidak mengenyam bangku pendidikan seperti di Universitas.
Padahal, dalam suatu pendidikan ada Nilai Informal yang tidak kita baca, hal tersebut ialah kita sering terjebak, bahwasanya mereka-mereka yang bisa memberikan pengaruh bahkan bisa memberdayakan masyarakat desa dianggap tidak berpendidikan oleh kerena mereka tidak mengenyam pendidikan formal atau tidak mempunyai ijazah kelulusan.
Sunggu ironis, ketika pendidikan hanya cukup diukur dari lembar ijazah, padahal mereka yang berpengaruh serta dapat Memberdayakan Masyarakat desanya bisa jadi mempunyai pengetahuan yang lebih baik, dibandingkan mereka-mereka yang mempunyai ijazah kelulusan.
Konstruk Berfikir Pemerintah kita saat inipun demikian, sesorang yang ingin berkerja dilembaga atau perusahaan harus melampirkan Ijazah sebagai syarat pokok atau menjadi ukuran seseorang berpengetahuan atau tidak, padahal belum tentu orang yang tidak ada ijazah lebih rendah tingkat pengetahuanya dibandingkan orang yang ada ijazahnya.
Jika kita memahami betul, saya kira tingkat pengetahuan tidak bisa hanya diukur berdasarkan ijazah yang ia dapatkan, karena lagi-lagi tinggi rendahnya, penegetahuan seseorang, dilihat dari apa yang sudah ia lakukan dan apa yang sudah ia perbuat untuk Kemaslahatan Umat.
Dengan demikian, apabila suatu konstruk berfikir ini selalu saja kita pakai, bahkan menjadi suatu Konsepsi, maka secara tidak sadari, kita sudah melakukan Diskriminasi terhadap mereka-mereka yang tidak mengenyam pendidikan Formal.
Maka dari itu, mulai hari ini kita harus memahami betul hakikat pengetahuan, jangan salah dalam memahaminya, karena suatu kesalahan yang terus menerus dilakukan maka suatu saat akan menjadi suatu kebenaran bersama (Lenin). Sekian selamat berfikir.
Ijazah Bukanlah Ukuran dalam Menilai Tingkat Pengetahuan Seseorang. Dasar pembentuk manusia bertindak ialah seberapa besar pengetahuan atau pendidikan yang sudah ia dapatkan, baik secara Formal maupun Informal.
Pendidikan secara formal biasanya didapatkan di lembaga pendidikan yang memang sudah dibuat oleh pemerintah maupun swasta, semisal Taman Kanak- Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menenggah Pertama (SMP), Sekolah Menenggah Atas (SMA), serta Universitas. Dan pendidikan Informal biasanya kita dapatkan dari pergolakan dinamika kehidupan yang kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan membawa manusia pada Gerbang Kebahagian yang tinggi, oleh karena Pengetahuan yang ada pada dirinya, menjadi sebuah alat yang digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan yang dialami dalam kehidupan, maka tidak jarang kita melihat banyak orang-orang yang rela menghabiskan waktu untuk sekedar mendapatkan pendidikan.
Akan tetapi, ada persoalan yang tanpa kita sadari, memberikan Konstruk Berfikir yang kurang tepat dalam memahami hakikat pendidikan itu sendiri, apakah konstruk berfikir yang kurang tepat tersebut?
Kita bersama sudah memahami betul, terkadang tinggi serta banyaknya pengetahuan yang didapatkan seseorang cukup hanya dibuktikan dengan selembar kertas yang dimanakan Ijazah, semakin tinggi nilai akhir dari ijazah tersebut, maka semakin tinggi juga tingkat pengetahuan yang ia dapatkan.
Dan parahnya lagi, Mayoritas Masyarakat kita mengamini hal tersebut, lihat saja, ketika seseorang yang mempunyai ijazah lulusan dari Universitas, maka ia akan sedikit dihormati dibandingkan mereka yang tidak lulus bahkan tidak mengenyam bangku pendidikan seperti di Universitas.
Padahal, dalam suatu pendidikan ada Nilai Informal yang tidak kita baca, hal tersebut ialah kita sering terjebak, bahwasanya mereka-mereka yang bisa memberikan pengaruh bahkan bisa memberdayakan masyarakat desa dianggap tidak berpendidikan oleh kerena mereka tidak mengenyam pendidikan formal atau tidak mempunyai ijazah kelulusan.
Sunggu ironis, ketika pendidikan hanya cukup diukur dari lembar ijazah, padahal mereka yang berpengaruh serta dapat Memberdayakan Masyarakat desanya bisa jadi mempunyai pengetahuan yang lebih baik, dibandingkan mereka-mereka yang mempunyai ijazah kelulusan.
Konstruk Berfikir Pemerintah kita saat inipun demikian, sesorang yang ingin berkerja dilembaga atau perusahaan harus melampirkan Ijazah sebagai syarat pokok atau menjadi ukuran seseorang berpengetahuan atau tidak, padahal belum tentu orang yang tidak ada ijazah lebih rendah tingkat pengetahuanya dibandingkan orang yang ada ijazahnya.
Jika kita memahami betul, saya kira tingkat pengetahuan tidak bisa hanya diukur berdasarkan ijazah yang ia dapatkan, karena lagi-lagi tinggi rendahnya, penegetahuan seseorang, dilihat dari apa yang sudah ia lakukan dan apa yang sudah ia perbuat untuk Kemaslahatan Umat.
Dengan demikian, apabila suatu konstruk berfikir ini selalu saja kita pakai, bahkan menjadi suatu Konsepsi, maka secara tidak sadari, kita sudah melakukan Diskriminasi terhadap mereka-mereka yang tidak mengenyam pendidikan Formal.
Maka dari itu, mulai hari ini kita harus memahami betul hakikat pengetahuan, jangan salah dalam memahaminya, karena suatu kesalahan yang terus menerus dilakukan maka suatu saat akan menjadi suatu kebenaran bersama (Lenin). Sekian selamat berfikir.
0 Response to "Ijazah Bukanlah Ukuran dalam Menilai Tingkat Pengetahuan Seseorang"
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjugi blog saya, silakan tinggalkan komentar.