Reposisi Revolusi Pendidikan Dalam Membentuk Kemandirian Gerakan Rayon
Tema “Revolusi Pendidikan” yang diusung oleh kepengurusan
sebelumnya (2012) telah membangun landasan gerakan rayon yang mandiri, meskipun
dalam perjalanannya masih terdapat beberapa kekurangan dalam beberapa hal. Maka
dari itu dalam melanjutkan estafet gerakan di Rayon perlu adanya evaluasi
gerakan untuk terus melanjutkan cita-cita “Revolusi Pendidikan”. Setelah
melalui pembacaan yang cukup panjang dan alot, seluruh warga Rayon Pondok
Syahadat mencetuskan sebuah tema, seperti yang tertera di atas.
Bentuk pengekangan kampus terhadap mahasiswa sangat kuat
sehingga banyak mahasiswa yang kesadarannya termanipulasi oleh sistem
pendidikan yang tidak mengemansipasi. Bentuk dari pengekangan yang dilakukan
kampus ditandai dengan 75% kehadiran, batas maksimal kuliah selama 10 semester
dan lain sebagainya. Hal ini membuat mahasiswa mengalami kemudurun yang
terdeteksi dengan sifat individualisme dan apatismenya yang tidak memikirkan
keadaan sosial hari ini.
Gerakan mahasiswa mulai memudar, mahasiswa sibuk dengan
urusannya sendiri tanpa memikirkan keadaan sosialnya. Peristiwa dahulu mungkin
kita masih mengingat, gerakan mahasiswa tahun 65 hingga mampu meruntuhkan rezim
orde lama, maupun gerakan mahasiswa tahun 98 hingga mampu meruntuhkan rezim orde
baru. Gerakan mahasiswa bukan semata-mata peruntuhan rezim saja, akan tetapi
banyak persoalan yang terjadi dan subjek perubahannya merupakan mahasiswa.
Gerakan mahasiswa masa silam bukan lagi kita pandang
sebagai romantisme gerakan belaka, refleksi dan dorongan kuat bagi mahasiwa
untuk mengambil andil besar dalam perubahan tatanan sosial. Hal yang harus
dilakukan mahasiwa hari ini membuka kesadaran kritis dengan merevolusi
pendidikan yang sedang berlangsung dalam proses pembelajaran perkuliahan.
Revolusi pendidikan adalah suatu gerakan di Rayon sebagai
counter hegemoni terhadap wajah pendidikan di Indonesia khususnya di kampus
yang sangat membelenggu dan mematikan daya pikir kritis serta membentuk pola
pikir yang pragmatis.
Bentuk pendidikan yang dimaksud adalah menciptakan kurikulum
tandingan dengan membentuk ruang-ruang diskusi kecil, baik itu di rayon maupun di kampus. Dalam Revolusi
Pendidikan segmentasi gerakannya sangat jelas yaitu kampus, Revolusi pendidikan
bukan berarti kader harus meninggalkan kuliahnya justru sebaliknya, kader harus
memasuki kelas dan menguasai ruang kuasa makna.
[Adib, Asran dkk, Perwira 2014]
0 Response to "Reposisi Revolusi Pendidikan Dalam Membentuk Kemandirian Gerakan Rayon"
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjugi blog saya, silakan tinggalkan komentar.