Puisi Pendidikan "Kopi dan Teriakan Bocah Kecil"
Saat kutuangkan kopi hitamku diatas gelas putih
bercak-bercak penuh seni, perlahan kuhirup tetesan demi tetesan mencoba
mengartikan bumi Yaa,,bumi manusia makhluk Tuhan katanya
Duduk manis diaduk oleh hirupan kopi nan nikmat, merasuk dalam aliran tenggoranku, terbayang nasib bocah kecil dalam hiruk pikunya ramai jalanan, ada apa dengan mereka, yang mengencangkan urat leher bersuara keras ditepi sana? Bukannya mereka harus belajar dibangku sekolah, menikmati pengetahuan dari para guru yang ada?
Duduk manis diaduk oleh hirupan kopi nan nikmat, merasuk dalam aliran tenggoranku, terbayang nasib bocah kecil dalam hiruk pikunya ramai jalanan, ada apa dengan mereka, yang mengencangkan urat leher bersuara keras ditepi sana? Bukannya mereka harus belajar dibangku sekolah, menikmati pengetahuan dari para guru yang ada?
Kucoba menghentikan sejenak aliran-aliran kopi yang
masuk dalam tenggorokanku, perlahan berfikir tentang pertanyaanku. Apakah pengetahuan tak ada gunanya lagi,
apakah pengetahuan bukan hal yang penting lagi? Ohh,,susah kupahami apalagi
tuk mengerti.
Mulailah fikiranku membentuk asumsi dengan
pertanyaan-pertanyaan yang enggan untuk berhenti, lalu apa yang mereka cari?
Dalam relung hati, kudapatkan jawaban, yaa jawaban
dari pertanyaan sendiri. Mereka berteriak mengais rezeki, mereka berterian agar keluarga
tidak ada yang menangis dimalam hari akibat kelaparan. Lalu dengan pertanyaanku
bukankah mereka harusnya dibangku sekolah menikmati nikmat pengetahuan?,
terbenturkan oleh rasa pesimisku kepada mereka yang diberikan tanggung jawab
mencerdaskan anak bangsa, memintarkan umat yang ada di Indonesia,,ah entahlah
benturan itu semakin keras, enggan untuk berhenti.
Dimana mereka-meraka yang ditunjuk oleh Tuhan, dimana
mereka-mereka yang diberikan tanggung jawab oleh pencipta dunia serta alam.
Apakah mereka tidak melihat mereka-mereka yang berjuang demi sebungkus nasi?
Apakah mereka tidak melihat mereka-mereka yang rela tak berpendidikan demi
melihat senyum keluarga dirumah?
Dunia semakin gelap, perlahan tetesan-tetesan air
membasahi istana serta bangku tempatku ngopi, kucoba mencari posisi yang tidak
terkena tetesan-tetesan hujan..ahh hujan menggangu nikmat hirup kopi
hitamku.sudahlah Istana itu telah kudapatkan lagi.
Heii, kepada mereka yang duduk didalam megahnya rumah
Kepada mereka yang cukup akan segalanya
Kepada mereka penghisap tenaga
Lihatlah anak kecil pinggir jalan itu, dunia kecilnya
sudah direnggut oleh ramai jalanan, dunianya sudah direnggut oleh keras
persaingan perebutan rezeki. Oh engkau yang Pintar, cerdas serta berkecukupan, apakah engkau hanya diam
dalam penderitaan mereka? Hai engkau para manusia, bukankah engkau diberikan
hal yang lebih oleh Tuhanmu, apakah engkau diam saja melihat mereka yang hilang
pendidikanya?
Bukan aku ingin mengajarimu, bukan aku ingin menyakiti
perasaanmu, ini realita hidup seorang bocah, bantulah ia berpakaian rapi, untuk
sekedar bisa duduk dibangku sekolah, bukankah saling menolong adalah kewajiban
kita? Yaa,,harapan kepadamu tidak akan terputus sampai dimimpi-mimpi,
harapanku padamu Tulus, setuluh aku menghiru kopiku. Pintaku padamu
perkenalkan mereka akan pengetahuan kehidupan ini, agar mereka tak punah sampai
dijalan saja.
Terima kasih kopi, terima kasih hujan, engkaulah
pembuat pertanyaanku, engkaulah penjawab gelisahku, harapanku padamu, semoga mereka
tak berteriak-teriak lagi.
0 Response to "Puisi Pendidikan "Kopi dan Teriakan Bocah Kecil""
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjugi blog saya, silakan tinggalkan komentar.